Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Senja di Ujung Mata

Senja di Ujung Mata

Awalnya aku hanya ingin berlama-lama berada ditempat sepi, mencoba menepi, berdialog dengan hati, atau hanya sekedar bersembunyi untuk bisa merokok agar tidak ketahuan ibuku. Aku baru sadar kalu ternyata tempat ini adalah tempat terindah didesaku... Lihatlah dari sini.. iyah dari tempat aku berdiri ini.. sungguh tak tertandingkan! Dari atas sungai berkelok dimulai dari bawah tebing kebo gemulung kemudian mengalir tenang disisi tebing yang kokoh disebelah utara dan persis ditengahnya terbelah alirnya oleh jembatan gantung yang nampak sangat angker terutama bila malam tiba. (mungkin lebih mirip jempatan-jembatan kuno difilm-film kolosal Holywood yang sering aku lihat di tipi tetangga) disebelah bawah dia disambut oleh  delta yang sejenak mampu memisahkan alirnya untuk kemudian bertemu kembali dibawang tebing Bojong Koneng yang ekspresionis dan zionis, lalu bersama-sama kembali mengarungi ritme gravitasi sesuai w : mg, berbelok dan akhirnya menghilang dibalik rerumpunan bambu entah punya siapa..
Dibawah jembatan ini aku juga kerap melancarkan hobiku memancing. Di sungai serayu ini ada ikan yang paling digemari orang orang didesaku. Ikannya besar bisa hingga 5 kg massanya. Bentuknya juga sangat menimbulkan gairah untuk segera memasak dan memakannya. Orang-orang didesaku menyebut ikan ini dengan ikan tambra, nah diseberang utara sana berbeda dengan diseberang selatan. Kalau diseberang selatan tanahnya datar dan dijadikan persawahan kalau diseberang utara dibatasi oleh tebing curam. Kalau siang hari tempat itu dijadikan tempat berkumpulnya burung-burung mencari makan. Orang-orang didesaku menyebut burung ini dengan burung jentrak-jentrik, karen jalannya yang emang jentrak jentrik? Ada yang aku kagumi dengan cara hidup burung, mereka selalu mencari dan mengambil makan seperlunya. Tidak pernah mereka berusaha menumpuk-numpuk makanan. Tidak seperti manusia yaa..
Sudah hampir sore ketika kailku belum disentuh ikan satu ekorpun. Memancing sebagian orang bilang adalah hobi yang bikin orang jadi malas. Tapi kata aku memancing ini banyak metaforanya. Kadang memancing ini seperti Bisnis Online atau MLM. Seperti sekarang ini, ketika tidak satu ekorpun ikan yang memberikan gayung bersambut. (Mungkin orang sudah keburu lari ketika denger kata MLM atau Bisnis Online meski seperti apapun kita mengejarnya! Mereka tidak tahu kali yaa kalau digoogle yang paling sering memberikan keyword “Marketing online” adalah negara kita! Indonesia! Artinya Indonesia belum familier dengan Marketing Online, faktanya Indonesia masih jarang ahli Marketing Onlinenya? Semoga anda ya calonnya?) Kadang kalaupun ada ikan yang tersangkut kailnya belum tentu loh ikan itu bisa didapet. Pada saat ikan tersangkut kail, bagian inilah yang paling aku suka!. Kita bertarung dengan si ikannya. Kita harus tahu persis kapan menarik dan kapan mengulurnya tentunya dengan momentum dan impuls yang terbaik! Seperti sedang mengejar cinta! Iyah, cinta!
Tepat ketika sinar elektromagnetik matahari terhenti karena harus dialih tugaskan untuk memberikan sinar elektromagnetiknya dibagian bumi dibawah koordinat dimana aku berpijak, ketika spesies pemilik zat hijau daun dan kambium menghilangkan O2 serta menggantinya dengan CO2 (maksudnya malam sudah menjelang) aku pulang tanpa satu ekorpun ikan aku dapat. Berjalan mengulang kembali jalan yang aku tempuh siang tadi (bahasa pascalnya while do atau repeat untill tapi then else- lah -> digunakan untuk sebuah kondisi dimana suatu pernyataan akan di uji. jika kondisi terpenuhi maka akan lanjut ke statement berikutnya, tetapi jika tidak terpenuhi maka program akan jalan ke pernyataan lainnya. Apa-an coba?) berjalan dijalan gelap dan sepi dan sendiri aku benci, membuat aku ingin memecahkan gelas saja biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh! hingga tiba-tiba seperti ada yang menyapaku, “Mas gabung yuk di Oriflame..” suara itu jelas sekali dibelakangku. Tapi aku berjalan saja karena aku tahu sepanjang jalan tadi tidak ada satu orangpun yang aku papasi. “Mas gabung yuuk di Oriflame..” suara itu terus saja mengejarku tiada henti hingga akhirnya menghilang ketika kedip bintang mulai berdatangan...end. karya ~Dikadikong Mahardika