Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Nyanyian Kasmaran

Sejak engkau bertemu lelaki bermata lembut
Ada yang tersentak dari dalam dadamu
Kau menyendiri duduk dalam gelap
Bersenandung nyanyian kasmaran
Dan tersenyum entah untuk siapa

Nampaknya engkau tengah mabuk kepayang

Kau pahat langit dengan angan-angan
Kau ukir malam dengan bayang-bayang

Jangan hanya diam kau simpan dalam duduk termenung

Malam yang kau sapa lewat tanpa jawab

Bersikaplah jujur dan tebuka

Tumpahkanlah perasaan yang sarat dengan cinta
Yang panas bergelora

Barangkali takdir tengah bicara

Ia diperuntukkan buatmu
Dan pandangan matanya memang buatmu

Mengapa harus sembunyi dari kenyataan

Cinta kasih sejati kadang datang tak terduga

Bergegaslah bangun dari mimpi

Atau engkau akan kehilangan
Keindahan yang tengah engkau genggam

Anggap saja takdir tengah bicara

Ia datang dari langit buatmu
Dan pandangan matanya khusus buatmu 
~Ebiet G Ade
»»  READMORE...

Dibawah Pohon Duku

Diantara rintik gerimis & tepat dibawah langit yg menghitam, aku berdiri persis dimn 20-an th yg lalu aku biasa berdiri, dibawah pohon duku yg selalu aku kunjungi setiap sore, dengan harapan ada satu dua buah duku yang jatuh, dan persis ditempat aku berdiri sekarang, aku biasa memandangi buah2 duku yg tersusun rapi diatas sana sambil berkata jatuh..jatuh..jatuh..hingga rasa sakit dileher mengingatkanku untuk sebaiknya pulang saja & melanjutkannya di besok sore, & sekarang aku kembali disini tepat dibawah pohon itu, bedanya pohon duku itu telah berubah menjadi sebuah rumah dimana disitu banyak tumpukan besi, & aku tidak lagi berharap menemukan duku karena ditanganku ada sekantong duku yg baru aku beli siang tadi..Purwonegoro, 29 Januari 2012 ~Dikadikong Mahardika
»»  READMORE...

Kata Bung Karno

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)

“Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)

“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno)


“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno)

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno

“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno)


“……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno)

“Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno)

“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno)


“Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno)

“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno)

“Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)

“Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno)

“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno)
»»  READMORE...

Kata Mahatma Gandhi

“Kita harus menjadi perubahan yang ingin kita lihat di dunia.”
“We must be the change we wish to see in the world”
Mahatma Gandhi
Jika kita melakukan tindakan balas dendam: mata ganti mata, gigi ganti gigi, maka tak lama seluruh dunia akan menjadi buta dan ompong.
If we practice and eye for an eye and a tooth for a tooth, soon the whole world will be blind and toothless.
Mahatma Gandhi
 Orang yang lemah tidak akan dapat memaafkan. Pengampunan adalah milik orang yang kuat.
The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong.
Mahatma Gandhi
Seorang yang lemah tidak akan pernah dapat memaafkan. Tindakan memaafkan adalah karakter seseorang yang kuat.
The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong.
Mahatma Gandhi
Setiap pencapaian yang bermanfaat, besar atau kecil, memiliki tahap yang membosankan dan keberhasilan: sebuah permulaan, sebuah perjuangan dan sebuah kemenangan.
Every worthwhile accomplishment, big or little, has its stages of drudgery and triumph:
a beginning, a struggle, and a victory.
Mahatma Gandhi


»»  READMORE...

Peluk


Menahun, ku tunggu kata-kata 
Yang merangkum semua
Dan kini ku harap ku dimengerti
Walau sekali saja pelukku

Tiada yang tersembunyi
Tak perlu mengingkari
Rasa sakitmu
Rasa sakitku

Tiada lagi alasan
Inilah kejujuran
Pedih adanya
Namun ini jawabnya

Lepaskanku segenap jiwamu
Tanpa harus ku berdusta
Karena kaulah satu yang kusayang
Dan tak layak kau didera

Sadari diriku pun kan sendiri
Di dini hari yang sepi
Tetapi apalah arti bersama, berdua
Namun semu semata

Tiada yang terobati
Di dalam peluk ini
Tapi rasakan semua
Sebelum kau kulepas selamanya

Tak juga kupaksakan
Setitik pengertian
Bahwa ini adanya
Cinta yang tak lagi sama

Lepaskanku segenap jiwamu
Tanpa harus ku berdusta
Karena kaulah satu yang kusayang
Dan tak layak kau didera

Dan kini ku berharap ku dimengerti
Walau sekali saja pelukku

~Dewi Lestari
»»  READMORE...

Kisah Sedih


    Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
     Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
     Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

    Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

     Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
     Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
     Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

 


    Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
     Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
     “Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

    Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
    “Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
     Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
     Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

    Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
     Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

    Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

    Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
     Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

    Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
     Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
     Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
     Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.
     Istriku Liliana tersayang,
     Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
     Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
     Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
     Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
     Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

    Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
     Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
     Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
     Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
     Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
     Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
     Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.
sumber : http://www.weberita.com/kisah-paling-sedih.html
»»  READMORE...

Tentang Matahari

Matahari yang di atas kepalamu itu
adalah balonan gas yang terlepas dari tanganmu
waktu kau kecil, adalah bola lampu
yang di atas meja ketika kau menjawab surat-surat
yang teratur kau terima dari sebuah Alamat,
adalah jam weker yang berdering
sedang kau bersetubuh, adalah gambar bulan
yang dituding anak kecil itu sambil berkata:
"Ini matahari! Ini matahari!"
Matahari itu? Ia memang di atas sana
supaya selamanya kau menghela
bayang-bayanganmu itu.~Sapardi Djoko Damono
»»  READMORE...

Malam Tak Menegurmu

Malam tak menegurmu, bergeser agak ke samping, ketika kau menuangkan air mendidih ke poci,ada yang sudah entah sejak kapan tergantung di dinding,bergegas meluncur di pinggang gelas-waktu ini. Dingin menggeser malam sedikit ke sudut ruangan,kautahan getar tanganmu ketika menaruh tutup poci itu,dan luput, ada yang ingin kaukibaskan.Kenapa mesti kaukatakan aku tampak begitu gugup? ~Sapardi Djoko Damono
»»  READMORE...

Berjalan kebarat waktu pagi hari

waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan
~Sapardi Djoko Damono
»»  READMORE...

Kata Sapardi Djoko Damono

Hujan mengenal baik pohon, jalan, dan selokan
-- swaranya bisa dibeda-bedakan;
kau akan mendengarnya meski sudah kaututup pintu dan jendela.
Meskipun sudah kau matikan lampu.
Hujan, yang tahu benar membeda-bedakan, telah jatuh di pohon, jalan, dan selokan 
- - menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh waktu menangkap wahyu yang harus kaurahasiakan ...~Sapardi Djoko Damono
-------------------------------------------------------------------
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada” ~Sapardi Djoko Damono
-------------------------------------------------------------------
“Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu” ~Sapardi Djoko Damono
-------------------------------------------------------------------
“dalam diriku mengalir sungai panjang,
darah namanya;
dalam diriku menggenang telaga darah,
sukma namanya;
dalam diriku meriak gelombang sukma,
hidup namanya;
dan karena hidup itu indah,
aku menangis sepuas-puasnya” ~Sapardi Djoko Damono
-------------------------------------------------------------------
“Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa.

Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin membakar tempat tidur. Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.” ~Sapardi Djoko Damono
-------------------------------------------------------------------
“Apa yang kau tangkap dari suara hujan
Dari daun-daun bugenvil yang teratur mengetuk jendel.
Apakah yang kau tangkap dari bau tanah
Dari ricik air yang turun di selokan ~Sapardi Djoko Damono
-------------------------------------------------------------------
“barangkali hidup adalah doa yang panjang, dan sunyi adalah minuman keras. ia merasa tuhan sedang memandangnya dengan curiga; ia pun bergegas.” ~Sapardi Djoko Damono
-------------------------------------------------------------------
“tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu” ~Sapardi Djoko Damono
-------------------------------------------------------------------
“Secangkir kopi yang dengan tenang menunggu kau minum itu tidak pernah mengusut kenapa kau bisa membedakan aromanya dari asap yang setiap hari kau hirup ketika berangkat dan pulang kerja di kota yang semakin tidak bisa mengerti kenapa mesti ada secangkir kopi yang tersedia di atas meja setiap pagi” ~Sapardi Djoko Damono
-------------------------------------------------------------------
“Kita berdua saja duduk,
Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput,
Kau entah memesan apa,
Aku memesan batu ditengah sungai terjal yang deras,
Kau entah memesan apa,
Tapi kita berdua saja duduk,” ~Sapardi Djoko Damono
-------------------------------------------------------------------
dan Adam turun di hutan-hutan
mengabur dalam dongengan
dan kita tiba-tiba di sini
tengadah ke langit; kosong sepi” ~Sapardi Djoko Damono
------------------------------------------------------------------- 
 
»»  READMORE...

Tentang Hujan

Hujan turun dengan derasnya, mungkin hujan sudah teramat rindu setelah sekian lama tidak berjumpa, aih, keberadaanku sama sekali tidak dihiraukannya, hujan terus saja memeluk bumi, mencumbunya dan tanpa malu terus saja menciumi bumi di setiap lekuknya! didepanku! biadab!
Bau tanah yang basah serta rasa dingin yang khas setelah hujan, suara anak-anak berlarian, diringi suara tilawah dari surau sebelah rumah, serta suara batuk bapak yang khas, aroma tembakau bapak yang khas pula semua itu adalah selimut pendengaran tidurku sekitar 25 tahun yang lalu. 
Sekarang keadaan sudah berubah, bahkan aku sudah menjadi seorang bapak dari seorang anak laki-laki seganteng Arjuna! Dan menatap lekat-lekat wajahnya kala dia tidur, memperhatikan kebiasaannya bangun tidur adalah hal terindah! Dan aku hafal betul setiap paginya. Menjelang Subuh dia terbangun, menuju tempat yang paling terang, atau tempat yang dianggap sudah ada aktifitasnya, begitu selalu permulaan setiap paginya...(bersambung..)karya ~Dikadikong Mahardika
»»  READMORE...

Hukum Kepler 2

Bulan berteriak-teriak kegirangan, terus berputar dan menari-nari sambil berteriak, " aku jatuh cintaaaaaaaa....!! begitu katanya. Tak dihiraukannya Mr Kepler yang sedari tadi menghardikanya karena bulan sudah berputar di luar aturan postulatnya!
Tiba-tiba bulan berubah mendura, wajahnya mengelam bagai besi, kemana kegembiraannya tadi? "Jabat tanganku mungkin untuk yang terakhir kali, peluk tubuhku mungkin untuk yang terakhir kalii.." Si pungguk mencoba meraih perhatiannya dengan suara sumbang dan gitar reotnya (mirip gitar temen kampusku angkatan '98 dengan inisial OK) tapi tetep saja bulan tidak bergeming!
Mata bulan tiba-tiba tertarik dengan tingkah laku seorang laki-laki di bumi, sedari tadi dia melemparinya  dengan batu, tanpa jeda dan terus saja melemparinya. Dan.. hampir semalaman laki-laki itu melempari bulan dengan batu. Bulanpun turun menghampiri sang laki-laki tepat menjelang subuh, " Assalamualaikum, maaf mas boleh dong numpang nanya nih, kenapa engkau terus saja melempari aku dengan batu meski engkau sangat "faham" jika lemparan batumu itu adalah sebuah kesia-siaan?" Tanpa memperhatikan bulan, laki-laki tadi duduk dan terdiam, wajahnya penuh kedukaan yang teramat dalam. Dinyalakannya sebatang rokok "pembunuh" rasa galaunya, dihisapnya dengan penuh beban. "Akupun ingin segera pergi dan melewati fase hidupku pada level ini, jika itu kau tahu... sama sekali tidak ada niat aku untuk berlama-lama dalam ketidak berdayaan,dalam kesentimentilan! Tapi..semakin aku ingin pergi maka semakin pula aku ingin tinggal!" dan itulah cintaaaaaaaa...!!! ..end. (kata muridku cinta itu ibarat bilangan dibagi nol!) dedicated to : untukmu para pengejar cinta, hati-hati cinta bisa berubah menjadi berhala jika kau sudah mulai menyembahnya..karya ~Dikadikong Mahardika
»»  READMORE...

Senja di Ujung Mata

Senja di Ujung Mata

Awalnya aku hanya ingin berlama-lama berada ditempat sepi, mencoba menepi, berdialog dengan hati, atau hanya sekedar bersembunyi untuk bisa merokok agar tidak ketahuan ibuku. Aku baru sadar kalu ternyata tempat ini adalah tempat terindah didesaku... Lihatlah dari sini.. iyah dari tempat aku berdiri ini.. sungguh tak tertandingkan! Dari atas sungai berkelok dimulai dari bawah tebing kebo gemulung kemudian mengalir tenang disisi tebing yang kokoh disebelah utara dan persis ditengahnya terbelah alirnya oleh jembatan gantung yang nampak sangat angker terutama bila malam tiba. (mungkin lebih mirip jempatan-jembatan kuno difilm-film kolosal Holywood yang sering aku lihat di tipi tetangga) disebelah bawah dia disambut oleh  delta yang sejenak mampu memisahkan alirnya untuk kemudian bertemu kembali dibawang tebing Bojong Koneng yang ekspresionis dan zionis, lalu bersama-sama kembali mengarungi ritme gravitasi sesuai w : mg, berbelok dan akhirnya menghilang dibalik rerumpunan bambu entah punya siapa..
Dibawah jembatan ini aku juga kerap melancarkan hobiku memancing. Di sungai serayu ini ada ikan yang paling digemari orang orang didesaku. Ikannya besar bisa hingga 5 kg massanya. Bentuknya juga sangat menimbulkan gairah untuk segera memasak dan memakannya. Orang-orang didesaku menyebut ikan ini dengan ikan tambra, nah diseberang utara sana berbeda dengan diseberang selatan. Kalau diseberang selatan tanahnya datar dan dijadikan persawahan kalau diseberang utara dibatasi oleh tebing curam. Kalau siang hari tempat itu dijadikan tempat berkumpulnya burung-burung mencari makan. Orang-orang didesaku menyebut burung ini dengan burung jentrak-jentrik, karen jalannya yang emang jentrak jentrik? Ada yang aku kagumi dengan cara hidup burung, mereka selalu mencari dan mengambil makan seperlunya. Tidak pernah mereka berusaha menumpuk-numpuk makanan. Tidak seperti manusia yaa..
Sudah hampir sore ketika kailku belum disentuh ikan satu ekorpun. Memancing sebagian orang bilang adalah hobi yang bikin orang jadi malas. Tapi kata aku memancing ini banyak metaforanya. Kadang memancing ini seperti Bisnis Online atau MLM. Seperti sekarang ini, ketika tidak satu ekorpun ikan yang memberikan gayung bersambut. (Mungkin orang sudah keburu lari ketika denger kata MLM atau Bisnis Online meski seperti apapun kita mengejarnya! Mereka tidak tahu kali yaa kalau digoogle yang paling sering memberikan keyword “Marketing online” adalah negara kita! Indonesia! Artinya Indonesia belum familier dengan Marketing Online, faktanya Indonesia masih jarang ahli Marketing Onlinenya? Semoga anda ya calonnya?) Kadang kalaupun ada ikan yang tersangkut kailnya belum tentu loh ikan itu bisa didapet. Pada saat ikan tersangkut kail, bagian inilah yang paling aku suka!. Kita bertarung dengan si ikannya. Kita harus tahu persis kapan menarik dan kapan mengulurnya tentunya dengan momentum dan impuls yang terbaik! Seperti sedang mengejar cinta! Iyah, cinta!
Tepat ketika sinar elektromagnetik matahari terhenti karena harus dialih tugaskan untuk memberikan sinar elektromagnetiknya dibagian bumi dibawah koordinat dimana aku berpijak, ketika spesies pemilik zat hijau daun dan kambium menghilangkan O2 serta menggantinya dengan CO2 (maksudnya malam sudah menjelang) aku pulang tanpa satu ekorpun ikan aku dapat. Berjalan mengulang kembali jalan yang aku tempuh siang tadi (bahasa pascalnya while do atau repeat untill tapi then else- lah -> digunakan untuk sebuah kondisi dimana suatu pernyataan akan di uji. jika kondisi terpenuhi maka akan lanjut ke statement berikutnya, tetapi jika tidak terpenuhi maka program akan jalan ke pernyataan lainnya. Apa-an coba?) berjalan dijalan gelap dan sepi dan sendiri aku benci, membuat aku ingin memecahkan gelas saja biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh! hingga tiba-tiba seperti ada yang menyapaku, “Mas gabung yuk di Oriflame..” suara itu jelas sekali dibelakangku. Tapi aku berjalan saja karena aku tahu sepanjang jalan tadi tidak ada satu orangpun yang aku papasi. “Mas gabung yuuk di Oriflame..” suara itu terus saja mengejarku tiada henti hingga akhirnya menghilang ketika kedip bintang mulai berdatangan...end. karya ~Dikadikong Mahardika
»»  READMORE...

Kata-kata Dunia

Joseph Stalin, Pemimpin Politik
“Kematian satu orang adalah tragedi, kematian jutaan orang adalah statistik.”

Will Rogers, Pelawak Politik
“Politik itu mahal, bahkan untuk kalahpun kita harus mengeluarkan banyak uang.”

Adolf Hitler, Pemimpin Nazi
“Saya tidak suka dengan perkelahian. Bila saya memiliki musuh, saya akan memaafkannya, mengajaknya ke tempat yang tenang, baru menghabisinya di sana.”
 
Ann Landers, Kolumnis
“Satu dari empat orang di dunia ini mengalami gangguan jiwa. Bila tiga orang yang Anda kenal baik-baik saja, berarti Andalah yang mengalaminya.”

Zsa Zsa Gabor, Aktris
“Saya adalah penjaga rumah yang hebat. Setiap kali saya meninggalkan seorang pria, saya selalu berhasil memiliki rumahnya.”

Henry Ford, Pendiri Ford Motor
“Berpikir adalah pekerjaan terberat, karena itulah sedikit sekali orang yang mau menggunakan otaknya.”

Alexander Dumas the Younger, Pebisnis
“Bisnis? Caranya mudah sekali! gunakan saja uang orang lain.”
 
Angie Dickinson, Aktris
“Saya berbusana agar dilihat wanita, dan menanggalkan busana agar dilihat pria.”
 
Samuel Goldwyn, Produser Film
“Saya tidak mau dikelilingi orang yang bermental yes-man. Saya ingin orang yang mengatakan kebenaran meskipun setelah itu saya akan memecatnya. Kita membayar gajinya terlalu besar, sialnya lagi dia pantas menerimanya.”
 
Herbert Hoover, Presiden AS ke-31
“Berbahagialah generasi muda, karena merekalah yang akan mewarisi hutang bangsa.”
 
AnatoleFrance, Penulis
“Buku sejarah yang tidak mengandung kebohongan pastilah sangat membosankan.”
 
T.S. Eliot, Penulis
“Penulis yang masih muda, meniru. Penulis yang sudah berpengalaman, mencuri ide.”
 
Agatha Christie, Novelis Misteri
“Kolektor barang antik adalah suami yang paling baik, karena semakin tua istrinya, semakin ia mencintainya.”
 
Alfred Hitchcock, Sutradara Film Misteri
“Saya tidak pernah bilang bahwa para aktor adalah sapi. Saya hanya bilang mereka harus diperlakukan seperti sapi.”
 

Thomas Alva Edison, Penemu
“Banyak orang yang percaya bahwa suatu hari kala mereka bangun dari tidur, mereka sudah menjadi kaya. Sesungguhnya mereka sudah separuh benar karena mereka memang telah bangun dari tidur.”
 

Benjamin Franklin, Negarawan
“Orang yang pandai meminta-minta maaf, jarang sekali pandai melakukan hal-hal lain.”
“Alangkah beruntungnya penguasa bila rakyatnya tidak bisa berpikir. Aku tidak perlu berpikir karena aku adalah pegawai pemerintah.”
 
Clement Attlee, Perdana Menteri Inggris
“Demokrasi adalah pemerintahan yang diisi dengan banyak diskusi, namun demokrasi hanya efektif bila engkau mampu membuat orang lain tutup mulut.”
 
Ir. Soekarno, Presiden Pertama RI
“Dalam sebuah revolusi, bapak makan anak itu adalah hal yang lumrah”
 
Soeharto, Presiden Kedua RI “Siapa saja yang mencoba melawan, akan saya gebuki”
 
Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Negarawan, Ulama, Presiden ke-4 RI
“Tergantung pemerintah. Kalau pemerintah campur tangan terus dalam segala hal yang terjadi, adalah kami tidak ada jalan lain adalah membisikkan pada para pemilih golput aja bareng-bareng”
 
Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 RI
“Nabi saja seorang pemimpin, tapi nggak sarjana kok”
»»  READMORE...

Kata-kata Siang

Aku terus saja berjalan diantara keringat yang bercucuran, diantara laju kendaraan dijalan, diantara harapan dan impian ditemani siang yang terus saja menjulang.. ~Dikadikong Mahardika

Senja itu meninggalkan pesan pada sebuah hati, tentang sore yang terlupa, tentang siang yang terlupakan, tentang semua yang hilang dalam sekedip bintang.. ~Dikadikong Mahardika

»»  READMORE...

Kata-kata Pagi

Berkumpul diujung pagi, bergoyang lembut ditiup angin, cantik sekali dengan rintik embun diatasnya, kau tahu? tadi pagi embun jatuh satu, menimpa tanah dan berderai, tapi masih saja cantik, seperti senyum kamu....~Dikadikong Mahardika
»»  READMORE...

Kata-kata Malam

Gelap, sepi dan rintik hujan yang tak kunjung berhenti, sebuah pertikaian malam yang sempurna. Terbayang suara batuk bapak yang khas sekian puluh tahun yang lalu, bau tembakaunya yang khas pula disela suara2 tilawah dari surau deket rumah diantara deru derap langkah anak2 yang berlarian menikmati gelap dan pekat dalam kesederhanaan dan kedamaian yang sangat patut terkenangkan...~Dikadikong Mahardika
»»  READMORE...

Kata Kata Senja

Senja itu meninggalkan pesan pada sebuah hati, tentang sore yang terlupa, tentang siang yang terlupakan, tentang semua yang hilang dalam sekedip bintang...~Dikadikong Mahardika
------------------------------------------------------------------------
Senja diujung mata, membuncahkan air mata, seolah tak rela jika mendung menjadi pihak ketiga, penghalang cintanya kepada bintang yang setia dikedipnya..~Dikadikong Mahardika
------------------------------------------------------------------------
Engkaukah itu pelangi? Yang telah melingkarkan cincin dijemari hujan, diantara senja yang menghujam? ~Dikadikong Mahardika
------------------------------------------------------------------------
Pelangi itu membelah langit sempurna tanpa malu, begitu percaya diri seolah tahu bila semua merindu, menebar senyum merengkuh pesona, tapi cuma sementara, sebentar kemudian wajahnya nampak memudar berganti pucat pasi, karena hujan telah berhenti, pelangipun meregang hilang tak nampak lagi.~Dikadikong Mahardika
------------------------------------------------------------------------
Di ujung senja telah kutautkan, sebuah harap dalam temaram, bantulah aku jingga, agar aku terus berdiri dalam putaran roda yang hampir tiba..~Dikadikong Mahardika
------------------------------------------------------------------------
Jika Pagi, Siang dan Malam adalah manifestasi kebahagiaan, maka nari kita cari tahu dimana senja berada..~Dikadikong Mahardika
------------------------------------------------------------------------
Meskipun saya orangnya tidak lucu, Tuhan kasih saya teman yang lucu sehingga saya bisa tertawa karenanya, saya juga bukan orang pandai dan Tuhan kasih saya temen yang pandai sehingga saya bisa belajar darinya, jika anda adalah orang baik, Tuhanpun akan kasih anda teman yang buruk agar anda bisa berjuang untuk tidak tergoda menjadi bagiannya..~Dikadikong Mahardika
»»  READMORE...